Sejarah Ibadat Tobat Gema
03, DecIbadat Tobat Alternatif Gema atau Ibadat Rabu Tobat Gema adalah Ibadat yang telah dilakukan sejak tahun 1970-an. Waktu itu Gema masih bernama Pusat Rohani dan dibimbing oleh (alm) Pst. Leermakers, OSC. Oleh karena mendapat reaksi baik dari umat dan kaum biarawan lain, maka Ibadat ini dipertahankan hingga sekarang.
Inspirasi awal dari kegiatan ini adalah Ibadat Malam (Night Prayer Services) yang diselenggarakan oleh teolog jerman Dorothee Solle di Universitas Koln. Kegiatan tersebut untuk menyadarkan dan mengakrabkan mahasiswa/wi bahwa agama adalah the powerful source for the struggle for peace and justice. Tindakan konkretnya adalah dengan menggalang mahasiswa agar demo anti perang vietnam, anti rudal nuklir, anti apartheid di Afsel, anti the cold war, anti eksploitasi alam dan dunia ketiga.
Dari kegiatan tersebut, diadaptasilah menjadi sebuah ibadat alternative yang semula bertujuan untuk mengisi masa Prapaskah dengan refleksi dan doa. Selain Jalan Salib yang biasanya dilakukan di hari Jumat, dipilihkah hari Rabu untuk melakukan kegiatan ini. Hari Rabu dipilih sebagai hari kegiatan ini karena berhubungan juga dengan hari libur rumah komunitas/biara.
Pada awalnya kegiatan ini memang hanya dilakukan oleh para Frater dari Biara OSC saja. Namun, seiring waktu, perkembangannya, Ibadat ini diikuti aktif tidak hanya para Frater dari Biara OSC saja, tetapi juga rumah biara bahkan dari KMK. Mereka biasanya menjadi petugas yang menyiapkan seluruh kegiatan dengan kreativitas mereka. Pembicara (pemberi renungan) akan dicari sesuai dengan tema Ibadat Tobat yang telah dipilih.
Bulan Maret 2020, berbarengan dengan awal pandemi covid 2019 di Indonesia, Ibadat Tobat Gema 2020 yang ketiga terpaksa ditiadakan sampai saat ini. Setelah pandemi ini berakhir, salah satu ciri khas kegiatan Gema ini akan diadakan kembali.